Semangat 10 nopember merupakan semangat juang dari pahlawan
kita terdahulu dalam berperang melawan penjajah. Tanpa memikirkan diri sendiri,
para pahlawan kita melawan penjajah dengan semangat yang penuh dan pantang
menyerah. Oleh sebab itu sebagai mahasiswa yang dikatakan sebagai agent of change, kita harus berjuang
melalui pengetahuan yang kita punyai agar dapat bermanfaat bagi sekitar kita.
Mengapa pentingnya Mahasiswa berkontribusi bagi masyarakat
sekitar?
Memang berbagai macam alasan mengapa mahasiswa harus
berkontribusi untuk masyarakat. Dari alas an kewajiban, spiritual sampai alasan
pondasi suatu Negara. Menurut saya alasan yang paling “mengena” adalah seperti
ini; sebagai mahasiswa perguruan tinggi negeri, kita ini mendapat subsidi dari
pemerintah dengan jumlah tertentu. Kita ibaratkan saja bahwa subsidi pemerintah
ini sebesar biaya spp mahasiswa tiap 1 semester. Diibaratkan lagi masa tempuh
kuliah yang dijalani 8 semester (4 tahun)
1.800.000 X 8 = 14.400.000
Lalu dikali dengan 4000 mahasiswa ITS. Maka hasil yang saya
dapatkan adalah Rp 57.600.000.000,-
57,6 milliar lah biaya yang disubsidikan pemerintah ke ITS
selama 4 tahunnya untuk membiayai biaya pendidikan bagi tiap mahasiswa baru (angkatan
2012).
Sebenarnya bisa saja pemerintah langsung memberikan 57,6 M
ke suatu daerah dengan harapan daerah – daerah tersebut akan berkembang dengan
sendirinya. Sehingga tidak perlu lagi menyubsidikan uang tersebut ke perguruan
tinggi negeri, dalam hal ini adalah ITS. Akan tetapi sebagai seorang mahasiswa
yang menempuh perkuliahan dengan banyaknya tugas dan ujian yang tidak mudah,
diharapkan nantinya setelah lulus, mahasiswa – mahasiswa tersebut mampu
berkontribusi untuk Negara Indonesia. Entah dengan melakukan penelitian yang
nantinya akan menemukan suatu alat yang berguna atau dengan membuka lapangan
kerja yang ditujukan untuk masyarakat Indonesia. Hal tersebut sebenarnya
merupakan kewajiban dari tiap mahasiswa karena secara tidak langsung kita telah
berhutang dengan masyarakat sekitar
Setelah kita membahas mengenai mengapa kita harus
berkontribusi bagi masyarakat, next, kita
akan membahas mengenai teknologi apa yang mungkin diterapkan di Indonesia.
Sebagai seorang mahasiswa jurusan teknik mesin, saya kali
ini ingin mengkritisi mengenai pendapat mahasiswa di jurusan teknik mesin
mengenai bidang yang berpotensi bagi dirinya untuk diggeluti kelak setelah
lulus. Banyak sekali mahasiswa teknik mesin yang menganggap bidang manufaktur
sebagai bidang yang berpotensi bagi Indonesia. Hal ini tentunya sah sah saja.
Akan tetapi saya punya anggapan yang lain. Jepang merupakan Negara yang sangat
berkuasa di bidang manufaktur. Tentunya kita akan menyetujui hal tersebut bila
kita melihat banyaknya produsen alat elektronik dan otomotif dari Negara yang
sepak bolanya sedang berkembang ini. Toyota, Daihatsu, honda dan Samsung
merupakan merk yang tidak asing bagi seluruh masyarakat dunia. Perlu kita
ketahui bahwa Negara jepang memiliki posisi geografis yang tidak menuntungkan
negaranya. Gempa yang selalu terjadi karena jepang berada di daerah pertemuan 2
lempeng gempa. Namanya lempeng gempa Eurosia dan lempeng gempa Pasifik. Dasar
Samudera Pasifik sering terdorong dan menyusup ke bawah lempeng daratan Jepang.
Desakan ini membuat Jepang tertarik ke dalam. Di daratan desakan-desakan ini
membuat gempa-gempa kecil. Tetapi jika desakan itu begitu kuat, setelah ke
dalam, daratan Jepang bisa melenting ke luar lagi. inilah yang menimbulkan
gempa besar di Jepang. Dari sisi alam, bisa dibilang Jepang adalah negeri yang
kurang beruntung. Negara ini memang memiliki sumber daya alam, tapi jumlahnya
sangat terbatas, dan tidak memadai untuk menopang pertumbuhan ekonomi negara
dan jumlah penduduk yang cukup besar. Karenanya, untuk kebutuhan bahan baku,
Jepang sangat bergantung pada impor luar negeri. Hebatnya, meski menghadapi
masalah seperti itu pun, Jepang mampu membuktikan diri sebagai negara maju dan
sangat hebat dalam teknologi. Jepang mengekspor banyak hasil usaha mereka ke
berbagai negara, mulai dari komputer, mobil, tembaga, besi, semikonduktor, dan
lain-lain. Produk-produk elektronik mereka juga masuk ke milyaran rumah
penduduk di berbagai belahan dunia. Oleh sebab itu jepang lebih memfokuskan
dirinya pada industri manufaktur. Pemfokusan diri ini tentunya karena jepang
sadar sekali akan hal yang tidak dipunyainya sehingga mereka berbenah diri
untuk mencari alternative lain
Untuk Indonesia sendiri, tidak usah diragukan lagi akan
potensi sumber daya alamnya. Kayanya sumber daya alam Indonesia sempat membuat
Indonesia menjadi macan asia, akan tetapi kurangnya pemberdaya gunaan bagi
sumber daya alam inilah yang sering kali kurang kita sadari. Sumber daya alam
seperti minyak bumi, laut dan panas bumi yang dimiliki Indonesia sudah sangat
banyak dan tidak perlu diragukan lagi. Kembali lagi ke beberapa kebijakan dan
kurang mawasnya kita mengenai potensi Indonesia inilah yang membuat kita sering
tertinggal.
Selanjutnya saya akan membahas mengenai potensi pembangkit
Indonesia. Dikutip dari situs PLN mengenai pernyataan presiden Joko widodo
mengenai proyek pembangunan mega proyek 35.000 MW bagi masyarakat Indonesia
bahwa Target 35 ribu MW bukan target main-main dan itu merupakan hal realistis.
sehingga harus dicapai dengan kerja keras. Listrik merupakan salah satu kunci
bagi pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Dari sekian banyaknya pembangkit dengan
berbagai macam media sebagi media penghasilnya, saya akan mengkritisi mengenai
pembangkit listrik tenaga uap yang jumlahnya sebesar 53,52% dibandingkan dengan
pembangkit lainnya.
PLTU sendiri merupakan suatu pembangkit listrik dimana
energi listrik dihasilkan oleh generator yang diputar oleh turbin uap yang
memanfaatkan tekanan uap hasil dari penguapan air yang dipanaskan oleh bahan
bakar di dalam ruang bakar (boiler). Salah satu jenis PLTU adalah PLTU berbahan
bakar batubara.
Gambar siklus kerja PLTU
Dikarenakan media yang digunakan adalah air laut yang
dipompakan sebagai fluida kerja. Sering kali ditemukan adanya penurunan daya
dikarenakan air laut yang surut. Hal ini tentunya akan berefek pada kerja pompa
untuk memompakan air laut tersebut. Penurunan daya ini tentunya sangat besar
sekali. Rincian sederhana jumlah kehilangan dana akibat penurunan daya ini saya
tuliskan sebagi berikut;
Misalkan beban yang diproduksi suatu PLTU sebesar 8 MW
Dimana apabila terjadi penurunan ketinggian air laut beban
yang dihasilkan menjadi 6 MW
Berarti beban yang hilang adalah 2 MW (2000 kW)
Kita ambil permisalan biaya listrik adalah 1500/kWh
Maka dana yang hilang perbulan apabila terjadi penurunan
ketinggian air laut adalah
2000 kW X 1500 kWh X 24 jam X 30 hari = 2.160.000.000
Hanya satu pembangkit saja sudah menghilangkan 2,16 M
perbulannya
Dan tentunya isu penurunan beban karena air laut surut ini
merupakan isu yang sering terjadi di pembangkit di seluruh Indonesia, khususnya
di luar pulau jawa.
Penurunan beban pembangkit dikarenakan daya ini tentunya
dapat diatasi dengan adanya suatu peralatan yang membuat apabila terjadinya
penurunan ketinggian air laut ini tidak akan menjadi masalah lagi. Solusi yang
saya tawarkan adalah mekanisme floating intake. Solusi ini merupakan solusi
yang sudah diterapkan di beberapa pembangkit dengan masalah yang sama di Negara
lain.
Akan tetapi di Indonesia sendiri masih kurang penerapannya. Padahal peraltan
yang digunakan cukup sederhana.
Floating Intake merupakan jenis intake yang jarang
ditemukan, bahkan masih belum digunakan pada berbagai perusahaan baik
perusahaan pembangkit maupun perusahaan air minum. Floating intake ini dibuat
dengan design inlet pipe yang terapung dengan bantuan floats dan flexible pipe.
Seperti yang terlihat pada gambar, inlet pipa dibuat terapung dengan bantuan
main floats, di sepanjang flexibel pipe diberikan intermediate floats untuk
membantu menopang agar tidak terjadi lengkungan pada flexibel pipe tersebut. Di
ujung inlet diberikan strainer untuk menyaring kotoran yang terkandung dalam
air yang masuk ke dalam inlet tersebut.
Design floating intake ini dibuat untuk menyesuaikan level
air yang nada pada kanal intake. Pada PLTU yang menggunakan air laut sebagai
media pendingin (cooling water) untuk sistem pendinginannya akan berpengaruh
besar ketika air laut mengalami musim pasang ataupun musim surut. Ketika musim
surut, tidak menutup kemungkinan terjadi pendangkalan intake dan tidak cukup
lelvel air laut untuk menyentuh atau sama dengan level suction inlet pada pipa
pompa sehingga mengakibatkan unit pada PLTU tersebut tidak dapat beroperasi.
Dengan adanya design floating intake ini diharapkan masalah ketika air laut
pasang maupun surut bisa teratasi, dimana dengan bantuan floats tersebut inlet
akan selalu dalam level sama (dibawah permukaan air) dan cukup untuk melakukan
proses pendinginan pada PLTU. Selain itu, dengan design ini flow rate yang akan
masuk ke dalam instalasi pompa akan cenderung selalu konstan, tidak lagi
terpengaruh pada pasang surut air laut.
Gambar mekanisme
kerja floating intake
Dengan mekanisme sederhana ini, berkuranglah akibat dari
salah satu faktor yang sering terjadi pada PLTU yang menyebabkan Negara kehilangan
banyak dana. Harapannya PLTU di seluruh Indonesia dapat bekerja dengan baik
untuk menghasilkan listrik sebagai salah satu infrastruktur dan key factor untuk pertumbuhan ekonomi
suatu Negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar